Desa Pakelan
Barasal dari (Pekel) yang berarti kuat. Karena pada zaman dahulu desa ini banyak dihuni masyarakat yang bermata pencaharian sebagai pekerja kasar. Dari sinilah nama Pakelan digunakan untuk menyebut daerah tersebut. Selain dinamakan demikian karena banyak aktivitas bongkar muat barang dan pekerja kasar yang ada di lokasi tersebut, nama Pakelan sendiri juga dipercaya berasal dari banyak ditemukannya pohon Pakel yang tumbuh subur di sekitar lokasi tersebut. Seiring berjalannya waktu, penggunaan sungai Brantas sebagai jalur transportasi mulai ditinggalkan, digantikan dengan jalur darat dan kendaraan bermotor. Meskipun saat ini sisa-sisa pelabuhan lokasi bongkar muat barang dagangan di masa lalu sudah tidak ada, sisa-sisa peninggalannya masih bisa ditemukan hingga saat ini. Salah satu sisa peninggalan sejarah adalah kantor kelurahan Pakelan yang dulunya merupakan bangunan sekretariat atau tempat berkumpulnya para pedagang Tionghoa. Bangunan kantor kelurahan Pakelan ini dibangun oleh orang-orang Tionghoa pada akhir abad ke-19 dengan perpaduan arsitektur Eropa, Jawa dan Tionghoa. Sebelum dirubah menjadi kantor kelurahan, bangunan ini sempat digunakan sebagai bangunan sekolah dasar pada kisaran tahun 1990, namun seiring berjalannya waktu, bangunan ini dialih fungsikan sebagai kantor kelurahan. Walaupun sudah digunakan untuk beberapa keperluan yang berbeda, bangunan ini tetap mempertahankan arsitektur aslinya. Selain terdapat kantor kelurahan yang mempertahankan arsitektur bangunan lama, terdapat pula sejumlah bangunan lain yang memiliki sejarah panjang di kelurahan Pakelan.